Rabu, 07 September 2016

Jika Menulis itu Mudah, Kenapa Masih Banyak Guru dan Dosen Melakukan Kecurangan “Copy Paste” Karya Tulis?

Ketika membaca judul artikel di atas, anak saya Amalia Ansiera berkomentar, “Sadis Amat Pak, judulnya” katanya. “Tidak , tidak sadis, itu hanya bentuk keprihatinan” jawab saya membela diri. Dalam dunia akademis, ada pernyataan “Publish or Perish” yang sangat terkenal. “Terbitkan Bukumu, atau Kamu Binasa” terdengar lebih menusuk dibanding judul di atas.

Bentuk keprihatinan seperti apa? Menurut data dari The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), budaya membaca masyarakat Indonesia berada di peringkat tertendah diantara 52 negara Asia. UNESCO melaporkan pada 2012 kemampuan membaca anak anak di Eropa dalam setahun rata rata menghabiskan 25 buku, sedangkan anak Indonesia mencapai titik terendah 0 persen. Atau tepatnya 0,001 persen. Artinya dari 1000 anak Indonesia, hanya 1 yang mampu menghabiskan buku dalam setahun.
Membaca dan Menulis adalah hal yang sangat mendasar. Banyak cara yang sudah dilakukan untuk meningkatkan budaya membaca, namun Indonesia belum beranjak dari nomor cembret (belakang).

Berbagai kalangan dan profesi saat ini mulai melakukan suatu gerakan yang dinamakan gerakan literasi . Gerakan yang dimotori oleh organisasi profesi guru Ikatan Guru Indonesia sangat intens melakukan pelatihan pelatihan di seluruh pelosok Indonesia. Ada Gerakan Guru Menulis, Gerakan “SAGUSATAB” Satu Guru Satu Tablet, Gerakan “SAGUSANOV” Satu Guru Satu Inovasi, dan Gerakan Sekolah Tanpa Kertas. Organisasi guru ini percaya bahwa meningkatkan membaca untuk murid murid harus dimulai dari gurunya yang memiliki kompetensi dalam hal menulis dan menguasainya ICT ( Information and Computer Technology).

Berbicara tentang menulis, pada dasarnya menulis itu semudah berbicara. Namun, banyak sekali orang dari berbagai profesi yang piawai dalam berbicara, namun gagal dan menyerah kalau diminta untuk menulis. Tapi Anda tidak perlu risau, Anda tidak sendiri. Jutaan PNS di negeri ini juga mengalami hal yang sama. Bahkan dosen dan guru yang mewakili masyarakat intelektual pun gagal menulis dan melakukan kecurangan “copy paste” yang memprihatinkan.

Menurut Pak Satria Dharma. Penggagas Gerakan Literasi Indonesia yang juga sebagai Dewan Pembina Ikatan Guru Indonesia, sebenarnya dan seharusnya guru adalah profesi yang paling dekat dengan kegiatan menulis. Para guru sudah seharusnya menjadi sosok yang melaksanakan kegiatan rutin membaca dan menulis dan sekaligus menjadi contoh bagi siswa-siswanya di sekolah. Itu tugas utama mereka, yaitu menjadikan siswa-siswa mereka memiliki kemampuan dan ketrampilan literasi yang tinggi yang dibutuhkan oleh dunia modern yang semakin kompleks ini.

Selain itu, membuat karya tulis adalah salah satu syarat bagi guru untuk bisa naik pangkat. Diharapkan agar para guru akan terpacu dan terdorong untuk menulis dengan adanya syarat ini. Jika tidak menulis maka mereka akan terancam karirnya sebagai guru. Jadi menulis itu semacam kewajiban bagi guru. Kalau Anda dosen maka ada motto yang sangat terkenal “Publish or Perish” Terbitkan bukumu atau Binasalah. Tidak bisa menulis jangan sekali-sekali jadi dosen.

Dengan kegiatannya yang selalu berhubungan dengan murid yang setiap tahun berganti maka sebenarnya pekerjaan guru adalah pekerjaan yang paling dinamis. Interaksi dengan siswa menyediakan sangat banyak materi untuk ditulis. Guru tidak perlu mencari-cari bahan untuk menjadi materi penulisannya. Interaksinya dengan murid menyediakan bahan yang berlimpah untuk ditulis.

Apakah menulis itu sulit?
Jangan kuatir. Saya baru saja menerbitkan buku RAHASIA SUKSES MENULIS BUKU BEST SELLER yang sangat praktis untuk membantu guru YANG INGIN memiliki ketrampilan menulis yang baik dalam jangka waktu tidak terlalu lama.
Menulis itu adalah sebuah ketrampilan, seperti ketrampilan berenang, bersepeda, dan bermain piano. Hanya diperlukan KEMAUAN dan sedikit STRATEGI selebihnya adalah latihan, latihan dan latihan…..
Lalu, kalau sampai belasan tahun sebagai tenaga pendidik Anda masih belum juga berhasil menerbitkan sebuah karya tulis atau buku, dan itu mengakibatkan karier Anda terganggu, dan gaji Anda tersendat. Maka, jangan salahkan pemerintah, Salahkan saja diri Anda sendiri…!
Silakan berkunjung ke : www.eduliterasi.com

Salam Sukses,
Joko Wahyono